Kutukan Piramida Slot
Ditemukan oleh Peneliti Belanda
Dalam bukunya yang berjudul "Situs Gunung Padang: Kebudayaan, Manusia, dan Lingkungan", Dr Yondri mengatakan bahwa situs Gunung Padang termasuk kelompok situs prasejarah yang ditemukan kembali.
Dr Yondri menyebutkan, catatan tentang bentuk Gunung Padang telah dilakukan oleh Verbeek pada tahun 1891 dan Krom pada tahun 1914.
Meski terpisah waktu sekitar 23 tahun, tapi tidak banyak perbedaan catatan tentang bentuk situs Gunung Padang. Keduanya mencatat bahwa situs Gunung Padang merupakan tinggalan punden berundak yang terdiri dari empat teras.
"Pendeskripsian tentang bentuk situs Gunung Padang kemudian diteliti kembali dan menghasilkan laporan pada tahun 1984, 1985, 1986, 2012, 2014, baik yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, maupun oleh Balai Arkeologi Bandung tahun 1996/1997, 2002, 2003, 2014, dan 2015," tulis Dr Yondri.
Analisis bentuk situs Gunung Padang dilakukan berdasarkan hasil kajian kepustakaan, rekaman situs menggunakan 3D laser Scanning (fotogrametri), dan penggambaran struktur situs melalui pemetaan menggunakan pesawat Theodolit, dan hasil penggambaran situs secara manual.
Perekaman tentang bentuk situs megalitik Gunung Padang berdasarkan hasil penelusuran sumber kepustakaan sudah dimulai sejak era pemerintahan kolonial Belanda.
"Berdasarkan hasil pengamatan terhadap material yang digunakan, secara umum situs Gunung Padang terbuat dari susunan bongkahan batu andesit berbentuk balok prismatik atau sering juga disebut dengan istilah batu kolom (columnar stones)," jelas arkeolog lulusan S3 Universitas Padjadjaran tersebut.
Berdasarkan keletakan bagian-bagian dari strukturnya, bagian pertama yang terletak paling rendah adalah struktur yang disebut sebagai sumur.
Struktur sumur merupakan bentuk susunan bongkahan batu kolom andesit yang dibuat melingkungi sumber air (mata air).
Bagian kedua dari struktur situs Gunung Padang disebut tangga utama. Tangga utama adalah bagian yang menghubungkan antara sumur dengan teras pertama atau teras I.
Bagian ketiga disebut teras. Situs Gunung Padang terdiri dari lima teras, terletak dengan orientasi utara-selatan. Kelima teras situs Gunung Padang tersebut terletak bertingkat-tingkat.
Cerita Dongeng Putri Duyung dan Kutukan Sihir Jahat
Temuan yang mengada-ada?
Arkeolog dari Jawa Barat Dr Lutfi Yondri tak sependapat dengan hasil penelitian Danny Hilman.
Beberapa literatur menunjukkan Gunung Padang yang terletak di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, sebetulnya sudah diteliti dan ada dalam catatan yang dibuat oleh Verbeek pada tahun 1981 dan Krom pada 1914.
Deskripsi awal dari dua catatan itu menggambarkan Gunung Padang sebagai kuburan kuno di atas gundukan tanah.
Tetapi jejak kuburan itu tak ditemukan ketika dirinya melakukan penelitian yang dimuat dalam disertasi tahun 2016 silam.
Sumber gambar, Fairfax/Getty Images
Yondri menilai temuan bahwa Gunung Padang adalah piramida yang terkubur mengada-ada atau kesimpulan yang menduga-duga tanpa data yang sahih.
"Pertanyaannya kalau piramida dikubur dalam Gunung Padang apakah pernah ada di Nusantara orang mengubur piramida di dalam gunung?" ungkap Dr Lutfi Yondri kepada BBC News Indonesia.
"Kapan terjadinya orang mengubur piramida di dalam gunung?"
"Berapa banyak material yang dibutuhkan untuk menimbun gunung? Itu bisa dijawab tidak?"
Dia pun mempertanyakan sampel yang digunakan untuk penelitian tersebut.
Di dunia arkeologi, kata dia, "sampel budaya" harus memiliki beberapa syarat: harus berada di satu matrik atau struktur yang sama, harus satu keletakan, satu asosiasi atau kumpulan, dan harus punya konteks.
Kemudian merujuk pada hasil penelitian yang telah dilakukan para ahli.
Untuk konteks, dia menilai Indonesia tidak mempunyai kaitan budaya membuat piramida.
"Pernahkah Indonesia punya budaya piramida? Jangan diada-adain, yang ada di Nusantara punya punden berundak," tegasnya.
Punden berundak adalah susunan batu berbentuk meja yang digunakan untuk upacara pemujaan kepada leluhur.
Dan punden berundak Gunung Padang difungsikan untuk ritual tersebut, sambungnya.
"Jadi semua sampel itu harus diverifikasi, tidak bisa hanya prediksi atau persepsi. Persepsi pun harus didasarkan pada data-data sinkronik dan diakronik serta melihat lagi dalam lintasan budayanya."
Prancis maju ke Piala Dunia 2022 Qatar dengan predikat juara bertahan. Awas Tim Ayam Jantan, ada kutukan yang selalu menghantui juara bertahan!
Prancis sukses jadi juara Piala Dunia 2018 Russia setelah kalahkan Kroasia 4-2. Itu jadi gelar Piala Dunia kedua, sebelumnya di tahun 1998.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilansir dari Opta, Timnas Prancis harus hati-hati. Sebab ada semacam kutukan buat juara bertahan Piala Dunia pada empat edisi sebelumnya!
Brasil yang juara di Piala Dunia 2002, angkat koper di babak perempatfinal Piala Dunia 2006. Italia juara tahun 2006, kandas di fase grup empat tahun setelahnya.
Spanyol yang juara di Piala Dunia 2010 juga angkat koper di fase grup pada Piala Dunia 2014. Terakhir Jerman yang juara di Piala Dunia 2014, juga senasib di tahun 2018.
Prancis di Piala Dunia 2022 berada di Grup D bersama Australia, Denmark, dan Tunisia. Di atas kertas, Denmark dinilai akan jadi lawan yang berat.
Skuad utama Timnas Prancis pun lumayan cukup berubah dibanding pada edisi sebelumnya. Dua mesin di lini tengah yakni Pogba dan Kante absen karena cedera.
Meski begitu, ada tenaga tambahan yakni Karim Benzema di lini serang. Anak-anak muda seperti Tchouameni dan Camavinga juga layak dinanti aksinya. Pelatih timnasnya juga masih sama, Didier Deschamps.
Para arkeolog telah memastikan piramida di Indonesia, yaitu Gunung Padang, merupakan piramida tertua di dunia. Piramida ini adalah megalit sedalam 98 kaki yang tenggelam di dalam bukit batu lava.
Melansir laman Daily Mail, Rabu (8/11/2023), Gunung Padang, pertama kali ditemukan kembali oleh penjelajah Belanda pada 1890, sebenarnya mungkin juga merupakan bangunan buatan manusia tertua yang pernah diketahui, setidaknya menurut penanggalan radiokarbon terbaru dari situs kuno tersebut.
Pengujian tersebut menempatkan konstruksi awal piramida, dengan ratusan anak tangga yang dipahat dari lava andesit, berasal dari lebih dari 16 ribu tahun yang lalu, pada Ice Age terakhir. Itu berarti Gunung Padang kemungkinan berusia lebih dari 10 ribu tahun lebih tua dari semua monumen besar dan piramida Giza di Mesir. Bukan hanya itu bahkan lebih tua dari Stonehenge yang legendaris di Inggris.
Sebagaimana bukti baru-baru ini bahwa Sphynx Mesir dibangun dengan memanfaatkan erosi angin secara cerdas, para pemburu-pengumpul yang membangun Gunung Padang membuat keunggulan arsitektural dengan bekerja sesuai, bukan melawan kondisi lokal mereka. Lapisan pertama dan terdalam piramida Indonesia, menurut temuan para peneliti, diukir dari kekayaan alam aliran lava dingin yang ada di situs tersebut.
Gunung Padang bahkan mungkin terbukti ribuan tahun lebih tua dari 'megalit' Göbekli Tepe yang ditemukan di Turki, yang merupakan pelopor terakhir dalam 'megalit tertua di dunia'. Para ilmuwan mengatakan struktur tersebut menjanjikan untuk membalikkan anggapan konvensional mengenai betapa 'primitifnya' masyarakat pemburu-pengumpul sebenarnya - sehingga mengungkap kemampuan rekayasa peradaban kuno yang sebenarnya.
Para ahli juga telah menghabiskan lebih dari satu abad memperdebatkan, apakah struktur bawah tanah yang dikenal sebagai Gunung Padang (yang berarti 'gunung pencerahan' dalam bahasa lokal-RED) benar-benar merupakan piramida buatan manusia, dan bukan hanya formasi geologi alami.
Konstruksi Rumit nan Canggih
Antara 2011 dan 2015, ahli geologi Danny Hilman Natawidjaja dari Badan Riset dan Inovasi Nasional Indonesia memimpin tim arkeolog, ahli geofisika, dan ahli geologi untuk benar-benar mengungkap misteri kuno ini. Dengan menggunakan radar penembus tanah untuk mengambil gambar bawah permukaan, pengeboran inti, dan teknik penggalian 'parit', Natawidjaja dan rekan penelitinya mampu menyelidiki lapisan pertama Gunung Padang, yang terbentang sepanjang sembilan lantai atau sekitar 98 kaki, atau 30 meter, di bawah permukaannya.
"Studi ini dengan kuat menunjukkan, Gunung Padang bukanlah sebuah bukit alami," tulis para arkeolog bulan lalu, di jurnal Archaeological Prospection, setelah bertahun-tahun menganalisis data dari perjalanan masa lalu, 'tetapi sebuah konstruksi mirip piramida.'
Di inti piramida, tim menemukan apa yang mereka gambarkan sebagai struktur batu lava yang 'dipahat dengan cermat' dan 'masif' yang terbuat dari andesit, sejenis batuan beku berbutir halus. "Ruangan paling dalam ini, yang dijuluki Unit 4, kemungkinan berasal dari bukit lava alami," tulis mereka. Tentu ini sebelum dipahat dan kemudian diselimuti secara arsitektural selama periode glasial terakhir, antara 16 ribu hingga 27 ribu tahun yang lalu.
Para ilmuwan menggambarkan, sekitar 11.500 tahun terakhir keberadaan manusia dan terus bertambah, sebagai 'periode interglasial' antara Ice Age yang dikenal sebagai Holosen. Teknik penanggalan radiokarbon, yang digunakan oleh Natawidjaja dan kelompoknya untuk menentukan usia Unit 4, bergantung pada isotop radioaktif atom karbon yang umum ditemukan di seluruh dunia untuk mengukur usia kehidupan 'berbasis karbon' yang sudah tua dan terawetkan.
Karena tingkat peluruhan radioaktif isotop karbon-14 ini, para ilmuwan dapat secara akurat mengukur usia bahan organik mati hingga 60 ribu tahun yang lalu. Untuk memastikan bahwa penanggalan radiokarbon mereka akurat, tim Natawidjaja bersusah payah memilih sampel tanah organik yang tepat dari inti bor dan dinding parit, sampel yang tidak tercemar oleh akar segar dari vegetasi modern.
Para peneliti sekarang meyakini, Gunung Padang dibangun selama ribuan tahun, dalam 'tahapan yang rumit dan canggih'. Setelah Unit 4 selama Ice Age, Gunung Padang 'ditinggalkan oleh pembangun pertama selama ribuan tahun,' menurut studi baru tim tersebut.
Sekitar tahun 7.900–6.100 SM, fase berikutnya, Unit 3, tampaknya 'sengaja dikubur dengan timbunan tanah yang cukup besar'. Lapisan pilar batu, tangga dan teras berikutnya, Unit 1, dibuat antara tahun 6.000 dan 5.500 SM, dengan lapisan terakhir, Unit 1, yang lebih muda dari beberapa piramida Mesir, telah selesai dibangun antara tahun 2.000 dan 1.100 SM.
Beribu-ribu tahun kemudian, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia mengakui semua kerja keras kuno ini, dan menyatakan Gunung Padang sebagai situs warisan budaya lokal pada 1998. "Pembangun Unit 3 dan Unit 2 di Gunung Padang pasti mempunyai kemampuan tukang batu yang luar biasa, yang tidak sejalan dengan budaya tradisional pemburu-pengumpul," menurut Natawidjaja dan rekan-rekannya.
Gunung Padang dibangun selama ribuan tahun, dalam 'tahapan yang rumit dan canggih'.
Seperti apa penelitian Gunung Padang?
Temuan terbaru dari penelitian yang dilakukan Danny Hilman Natawidjaja dan sejumlah ahli sebetulnya menguatkan kesimpulannya yang terdahulu bahwa Gunung Padang yang terletak di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, berpotensi menjadi piramida tertua di dunia.
Bahkan situs tersebut kemungkinan berusia 10.000 tahun lebih tua dari Piramida Giza di Mesir dan Stonehenge yang terkenal di Inggris.
Dalam jurnal ilmiah Archaeological Prospection yang baru-baru ini terbit, tertulis bahwa dia beserta tim sudah melakukan survei terpadu di Gunung Padang selama tiga tahun, sejak November 2011 hingga Oktober 2014.
Survei-survei itu di antaranya dengan melakukan pemetaan lanskap dan permukaan situs, pengeboran inti, pembuatan parit, dan teknik geofisika terpadu yang melibatkan metode Tomografi Resistivitas Listrik (ERT) dua dimensi serta tiga dimensi, juga Radar Tembus Tanah (GPR).
Kemudian operasi penggalian dimulai pada pertengahan tahun 2012 dengan sebagian besar pekerjaan dilakukan pada Agustus hingga September 2014.
Sumber gambar, Fairfax/Getty Images
Untuk 'parit' yang digali, ukurannya bervariasi antara 1,2 meter sampai 3,9 meter dari permukaan dan kedalamannya mencapai antara 2 dan 4 meter.
"Penggalian parit dilakukan secara manual dengan menggunakan berbagai alat, antara lain sekop dan cangkul," tulis Danny Hilman.
Sementara kegiatan pengeboran inti situs dilakukan untuk mengeksplorasi lapisan batuan yang lebih dalam.
"Untuk aktivitas ini kami menggunakan peralatan pengeboran Jacro 100 yang dilengkapi dengan mata bor berlian NQ berukuran diameter 2 inci dan inti barel 5 kaki."
Batuan dari inti situs tersebut, sambungnya, diteliti dengan analisis petrologi dan petrografi agar diketahui komposisi dan karakteristiknya.
Adapun sampel tanah organik diekstraksi secara hati-hati yang kemudian digunakan untuk analisis penanggalan karbon.
"Intinya ingin menentukan umur Gunung Padang, karena tanah itu mengandung unsur organik yang bisa ditentukan unsur karbonnya yang berasosiasi dengan umur bangunan," ujar Danny Hilman kepada BBC News Indonesia, Rabu (08/11).
Putri Duyung menolong seorang pemuda
Setelah membawanya ke tepi pantai, Ariel nampak kebingungan karena pemuda itu tak kunjung sadarkan diri dan membuka matang.
Sembari merenung di atas karang, ia bertanya dalam hati, "Apakah dia sudah mati?"
Beberapa saat kemudian, Ariel pun menyanyikan sebuah lagu sedih yang tanpa sadar membuat pemuda itu mulai bergerak dan membuka matanya. Putri Duyung pun menghentikan lantunan lagunya dan mendekat ke arah pemuda itu.
"Oh akhirnya kau sadar! Apa kau baik-baik saja?" tanya Ariel sembari menyentuh dahi pemuda di hadapannya itu.
Belum sempat dijawab pertanyaannya, Ariel mulai mendengar suara beberapa perempuan di sekitar pantai. Ia pun langsung cepat-cepat kembali menyelam agar identitasnya sebagai seekor putri duyung tak terbongkar oleh manusia.
Sejak saat itu, Putri Duyung pun tak pernah bertemu dengan pemuda yang bahkan belum sempat ia tanya siapa namanya. Ia kembali ke istana dengan raut wajah muram.
Sampai bertahun-tahun berlalu, Ariel kembali mengingat sosok pemuda yang sudah ditolongnya di permukaan laut. Ia kemudian bercerita kepada sang nenek dan mengaku sangat ingin bertemu dengan pemuda itu.
"Cucu kecilku, kamu tentu tahu bahwa kita ini tidak mungkin berjalan dengan dua kaki seperti manusia. Satu-satunya yang bisa melakukan hanyalah penyihir laut, namun itu semua terlalu berbahaya untukmu," kata sang nenek kepada Ariel.
Cerita Putri Duyung dan keluarganya
Diceritakan di dasar laut yang sangat luas dan dalam, terdapat sebuah istana besar yang berisikan seorang raja laut dengan ibu dan keenam anaknya. Kerajaan di bawah laut sana terbilang sangat indah karena terbuat dari dari batu koral biru, yang dilengkapi atap cangkang yang bisa dibuka dan ditutup.
Dari keenam orang anak raja, empat di antaranya adalah perempuan, dan dua lainnya laki-laki. Putri kecil raja bernama Ariel. Ia dikenal sebagai anak paling aktif di antara kelima kakaknya.
Ia menghabiskan waktu kecilnya untuk bermain di dekat kapal-kapal karam yang terjatuh ke dasar laut. Tak sendirian, Ariel selalu ditemani oleh seekor ikan yang senantiasa mendampinginya.
Selama menghabiskan waktunya di kapal-kapal karam yang ada di sekitar kerajaan, Ariel sangat sering bernyanyi sembari mencari harta karun yang ia temukan di sekitar kapal. Semua penghuni di dasar laut pun tahu, Ariel memiliki suara yang paling indah selauatan.
Di usianya yang mulai beranjak remaja, Ariel pun mulai meminta izin kepada raja untuk bisa berenang menuju permukaan. Sebelumnya, raja memberikan aturan kepada keenam anaknya untuk tidak berenang ke permukaan sebelum mereka genap berusia 15 tahun.
Di hari ulang tahunnya, Ariel pun meminta izin kepada sang ayah bahwa dia ingin melihat dasar laut dengan mata kepalanya sendiri.
"Ayah, sekarang usiaku sudah genap 15 tahun. Apakah aku diperkenankan untuk berenang ke permukaan seperti kakak-kakak lainnya?" tanya Putri Duyung itu kepada ayahnya.
Sebagai anak bungsu, raja sempat ragu dan khawatir akan keselamatan putrinya, namun ia tetap menyetujui karena hal ini sudah menjadi aturan yang ia buat kepada keenam anaknya.
"Kau boleh pergi ke permukaan, Ariel. Namun kau harus tetap berhati-hati dan segera kembali ke istana," ujar raja laut yang langsung dihadiahi pelukan hangat oleh putrinya.
Berusaha menemui penyihir
Meski sudah diberi nasihat oleh neneknya, namun si bungsu dari keluarga kerajaan laut itu tidak mengindahkannya. Ia justru memilih untuk pergi ke laut yang jauh demi bertemu dengan penyihir laut yang dimaksudkan sang nenek.
Sesampainya bertemu penyihir, Putri Duyung pun menjelaskan maksud dan tujuannya untuk bisa bertemu dengan pemuda yang ia tolong beberapa tahun lalu.
"Aku sangat ingin kembali ke permukaan dan bertemu dengan pemuda yang ku selamatkan itu. Namun, aku sendiri tidak tahu identitasnya. Bisa kau membantuku?" tanya Ariel kepada penyihir laut .
Penyihir itu tanpa berpikir panjang langsung menyanggupi permintaan Putri Duyung, ia pun memberikan ramuan untuk memberikan dua kaki kepadanya namun dengan sebuah syarat.
"Kau harus membuang suara merdumu untuk menukarkannya dengan dua kaki seperti manusia. Apakah kau bersedia?" tanya penyihir memastikan.
"Baiklah aku bersedia. Ada syarat lainnya?" tanya Putri Duyung.
"Ya, kau harus menikah dengannya jika ingin tetap hidup. Jika pemuda itu menikah dengan orang lain, kau akan mati di hari berikutnya dan suaramu akan tetap bersamaku selamanya," sambung penyihir menjelaskan.
Meski sempat ragu, Ariel pun akhirnya menyetujui persyaratan yang telah diberikan. Ia kemudian meminum ramuan yang telah dibuatkan penyihir. Setelahnya ia langsung pingsan dan terbangun di daratan bersama dengan dua kaki selayaknya manusia.
Kali pertama berada di permukaan laut
Ketika sudah diizinkan oleh raja laut, Ariel pun bersama teman ikannya berenang menuju permukaan. Saat pertama kali muncul ke permukaan laut, ia melihat sebuah kapal besar yang sedang berlabuh di tengah-tengah laut.
"Lihat ikan, ada sebuah kapal besar di sana. Ayo kita mendekat!" ujar Putri Duyung kepada teman kecilnya itu.
Kedua makhluk laut itu langsung berenang mendekati kapal. Namun, Ariel memilih untuk bersembunyi pada karang-karang besar yang ada di sekitar kapal.
Betapa terkejutnya Ariel saat mendengar suara iringan musik dari dalam kapal, serta para pelaut yang sedang menari di atasnya. Ia kembali berkata kepada ikan, "Sepertinya di kapal sedang ada pesta. Mereka terdengar bahagia sekali."
Saat tengah memerhatikan para pelaut yang sedang berpesta, Ariel kemudian melihat seorang pemuda tampan yang berjalan ke arah luar geladak kapal. Ariel dibuat penasaran dan semakin mendekat.
"Tampan sekali, dia pasti seorang pangeran," ucap Ariel.
Melihat bagaimana pemuda itu berhasil mengalihkan perhatiannya, Ariel pun berbicara kepada ikan bahwa ia sangat berharap bisa memiliki dua kaki seperti manusia. Sehingga dirinya dapat bertemu langsung dengan pemuda itu.
Namun, tiba-tiba sebuah ombak besar datang dan disusul dengan hujan badai. Lamunan Putri Duyung langsung dibuyarkan karena melihat kapal tadi ikut terombang-ambing di lautan.
"Ayo kita mendekat dan bantu para pelaut di sana," ujar Ariel dan langsung berenang mendekati kapal.
Ariel melihat bagaimana pemuda tadi berusaha menolong teman-temannya di atas kapal. Namun sayang, pemuda itu justru ikut terlempar dan jatuh ke lautan.
Ariel yang mengetahui bahwa manusia tidak bisa hidup di bawah air sepertinya, langsung menyelam dan menghampiri pemuda tersebut. Ia berusaha untuk menarik badan pemuda itu sampai ke tepi pantai.
PEMBATALAN pemuatan makalah tentang Gunung Padang di sebuah jurnal arkeologi bergengsi dunia menambah panjang daftar kontroversi seputar situs prasejarah di Cianjur, Jawa Barat, itu. Perlu kolaborasi peneliti internasional untuk menyingkap misteri di balik kompleks punden berundak terbesar di Asia Tenggara tersebut.
Makalah berjudul “Geo-archaeological prospecting of Gunung Padang buried prehistoric pyramid in West Java, Indonesia” yang ditulis Danny Hilman Natawidjaja dan kawan-kawan semula tayang di jurnal Archaeological Prospection pada 20 Oktober 2023. Namun, pada 1 Desember 2023, John Wiley & Sons Inc, penerbit jurnal, mencabut artikel tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kita boleh saja menilai pengelola jurnal Archaeological Prospection teledor karena pemuatan artikel Danny dkk seharusnya sudah melalui review ketat. Karya Danny dkk pun bukan plagiat atau hasil mencuri data. Penelitian mereka orisinal. Tapi pengasuh jurnal biasanya berusaha menjaga agar muruah sains tak berbaur dengan fantasi.
Danny dkk menyimpulkan bahwa situs megalitik Gunung Padang adalah sebuah piramida yang lebih tua daripada Piramida Giza di Mesir. Piramida Gunung Padang, menurut mereka, berusia sekitar 20 ribu tahun. Sementara itu, piramida Mesir diperkirakan berusia sekitar 4.000 tahun.
Kesimpulan Danny dan kawan-kawan berpijak pada hasil pemindaian geolistrik, georadar, dan pengeboran geologi. Mereka mengklaim adanya struktur buatan manusia dalam tubuh bukit Gunung Padang, berupa rongga-rongga besar dengan atap, dinding, dan ruang.
Kolega Danny, arkeolog Ali Akbar, dalam bukunya, Situs Gunung Padang, menceritakan peristiwa ganjil sewaktu pengeboran di Gunung Padang oleh Andang Bachtiar, rekan Danny yang lain, pada Agustus 2013. Kala itu sebanyak 32 ribu liter air yang digunakan dalam pengeboran tiba-tiba tersedot ke dalam rongga berkedalaman 8 meter. Hal itu, menurut Ali, mengindikasikan adanya ruang kosong di dalam Gunung Padang.
Meskipun penelitian Danny dkk didukung oleh teknologi maju, penting untuk diingat bahwa interpretasi data oleh ilmuwan mana pun bisa saja keliru. Kesimpulan adanya sebuah ruang buatan manusia dalam perut Gunung Padang belum teruji. Apalagi, sejauh ini, belum ditemukan bukti artefak dari dalam Gunung Padang.
Sejumlah vulkanolog malah menyimpulkan Gunung Padang merupakan sumbat atau kubah lava termuda yang terbentuk di kawah gunung api purba selama ribuan tahun. Mereka juga berpendapat bahwa rongga di dalam bekas gunung api purba adalah sesuatu yang alami.
Harry Truman Simanjuntak, seorang arkeolog prasejarah, juga menolak gagasan adanya ruang buatan manusia di perut Gunung Padang. Ia berargumen, leluhur Nusantara tidak mengenal bangunan ruang bawah tanah untuk kehidupan sehari-hari ataupun untuk ritual sakral. Mereka lebih sering memanfaatkan gua-gua alam ketika membutuhkan ruang tertutup.
Apa pun teorinya, kontroversi seputar Gunung Padang kini telah mendunia. Lembaga seperti Badan Riset dan Inovasi Nasional semestinya mengundang peneliti luar yang membantah pandangan Danny Hilman dkk, lalu mengajak mereka berkolaborasi dengan para saintis Indonesia. Dengan cara itu, upaya pencarian kebenaran mengenai Gunung Padang akan lebih produktif.
Gunung Padang belum lama ini kembali ramai dibahas setelah masuk dalam salah satu episode di film dokumenter dalam Netflix. Banyak yang mengaitkan situs Gunung Padang dengan struktur piramida yang ditemukan di negara lain.
Terkait hal ini, Arkeolog Jawa Barat, Dr. Lutfi Yondri, meluruskan bahwa situs Gunung Padang bukanlah situs piramida.
"Perlu diluruskan, Gunung Padang itu bukan piramida. Situs Gunung Padang itu punden berundak. Penanggalan karbonnya antara 117 SM-45 SM," ucapnya kepada detikEdu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Punden berundak adalah struktur berbentuk persegi empat dan tersusun bertingkat-tingkat. Pendeskripsian situs Gunung Padang diawali dari bagian paling rendah dan kemudian berlanjut ke bagian yang paling tinggi.
Bagaimana bentuk piramida Gunung Padang?
Situs Gunung Padang, kata Danny Hilman, bukanlah bukit alami melainkan konstruksi berbentuk piramida berlapis.
Lapisan pertama yakni yang paling atas – yang dipenuhi tanah, tumbuh-tumbuhan, berusia 1.000 2.000 tahun sebelum Masehi.
Lapisan kedua yang terdiri dari tumpukan pecahan batuan kolom dengan panjang hingga 1 meter, berusia 5.000 - 6.000 tahun sebelum Masehi.
Lapisan ketiga atau yang tertua berusia 16.000 - 27.000 tahun sebelum Masehi.
Sumber gambar, Archaeological Prospection/Natawidjaja
"Di lapisan tiga ini terdiri dari batuan yang lapuk, tanah liat hingga butiran kerikil dan batuan vulkanik yang tidak teridentifikasi. Ada juga batuan yang mengandung batuan kolom yang sangat lapuk berbentuk pilar vertikal."
Danny Hilman berkata, usia yang begitu lama pada lapisan terakhir memunculkan dugaan bahwa saat bangunan itu dibuat kemungkinan terjadi bencana yang berkaitan dengan banjir besar – atau kepunahan massal.
Setelah bencana, sambungnya, lapisan kedua dibangun dengan menimbun terlebih dahulu konstruksi pertama.
Di inti piramida, tim peneliti menemukan apa yang mereka gambarkan sebagai struktur batu lava yang "dipahat dengan cermat" dan "masif" yang terbuat dari andesit – sejenis batuan beku berbutir halus.
Sumber gambar, Archaeological Prospection/Natawidjaja
Merujuk pada konstruksi dan pahatan bebatuan, tim peneliti meyakini situs ini sudah ada sejak Zaman Es periode terakhir.
"Temuan ini menantang keyakinan konvensional bahwa peradaban manusia dan pengembangan teknik konstruksi canggih muncul selama periode awal Holosen atau awal Neolitikum."
"Pembuat lapisan ketiga dan kedua di Gunung Padang pasti memiliki kemampuan tukang batu yang luar biasa – yang tidak sejalan dengan budaya pemburu dan peramu tradisional."
Ahli geologi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional Indonesia (BRIN) ini mengatakan temuan tersebut punya arti luar biasa untuk sejarah Indonesia.
Kalau selama ini pengetahuan peradaban Indonesia dimulai dari Kerajaan Kutai pada abad ke-4 Masehi, maka sesungguhnya peradaban sudah ada sebelum itu.
"Secara umum Indonesia seperti terbelakang, seperti anak bawang dibanding dengan India atau China yang sejarahnya lebih tua," ucap Danny Hilman.
Sumber gambar, Fairfax/Getty Images
Itu mengapa dia dan tim peneliti berharap Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengungkap rahasia tersembunyi sekaligus peradaban kuno di situs misterius tersebut.
Sebab meskipun situs ini sudah terkubur sekitar 9.000 tahun yang lalu, tapi orang-orang dari berbagai daerah kerap mendatangi lokasinya.